2017年7月26日水曜日

Menemukan Indonesia di Tokyo

Sebenarnya cukup banyak hal-hal yang "berbau" Indonesia yang dapat ditemukan di Tokyo. Misalnya tulisan "Made in Indonesia" di produk garmen di Uniqlo, di sepatu Adidas maupun alat tulis. Lalu ada makanan impor dari Indonesia, restoran Indonesia atau restoran Jepang yang menyajikan juga masakan Indonesia, dan lain-lain.
Di sini saya ingin sharing beberapa yang "berbau" Indonesia yang sempat saya temukan.
Kopi
Kopi Toraja Kaleng
Jepang memang bukan negara yang banyak minum kopi dibanding negara Eropa, tapi di Asia orang Jepang nomer satu dalam banyaknya kopi yang dikonsumsi per tahun.

Soalnya di Jepang kopi gampang sekali ditemukan. Selain kopi siap seduh yang banyak dijual di convenience store terdekat, kita juga bisa membeli kopi kaleng yang dijual di vending machine. Jepang memang negara dengan "populasi" vending machine-nya paling banyak. Umumnya minuman dingin yang dijual di vending, tetapi ada juga minuman hangat yang akan tersedia pada saat suhu rata-rata menjadi dingin di musim gugur sampai awal musim semi.

Kedai kopi juga banyak, mulai dari waralaba asing seperti Starbucks atau Tully's, sampai waralaba Jepang seperti Doutordan Excelsior. Juga dapat dengan mudah ditemui kedai-kedai kopi besar dan kecil yang dikelola oleh perorangan.
Kopi Indonesia yang bisa dibeli di Jepang berasal dari beberapa daerah, misalnya kopi dari Sumatera, Bali dan Sulawesi. Namun yang populer adalah kopi Toraja, seperti kopi kaleng di foto di atas. Teman-teman saya gemar sekali akan kopi ini. Sehingga setiap kali saya pulang kampung, mereka selalu "mengharapkan" oleh-oleh kopi Toraja. Dan teman-teman saya seharusnya merasa beruntung, karena saya tidak pernah meng-PHP-kan mereka :)
Sabun
Sabun Lux
Nggak nyangka bisa nemu Sabun Lux disni. Sabun ini saya temukan di toko 100 yen. Di Jepang kita bisa menemui toko yang menjual segala macam barang dengan harga 100 yen, dengan masing-masing nama toko yang berlainan. 

Bisnis toko 100 yen ini memang berkembang dengan pesat semenjak diperkenalkan pertama kali di awal tahun 90-an. Bahkan sekarang ada yang waralabanya sudah tersebar di beberapa negara, misalnya Daiso yang saya rasa juga sudah masuk ke Indonesia. Cuma,di Daiso sekarang ada beberapa barang yang dijual dengan harga di atas 100 yen. Kemudian selain toko 100 yen, sekarang adalagi toko 300 yen, di mana semua barang dijual dengan harga 300 yen. Nama tokonya 3 coins, yang diambil dari jumlah nominal 3 uang koin 100 yen.
Variasi barang yang dijual di toko di mana harganya semua sudah pasti seharga 100 (atau 300) yen adalah sama dengan barang yang dijual di convenience store seperti Family Mart, Lawson dan yang lain. Bahkan ada yang lebih lengkap dari itu. Kita bisa menemukan mulai dari alat tulis, alat masak, alat untuk mencuci, makanan, minuman, peralatan mandi, peralatan untuk pertukangan, listrik dan lain-lain. Pokoknya segala macam barang ada.
Bir Bintang
Bir Bintang dan Kentang goreng
Izakaya merupakan warung yang menyajikan makanan dan minuman, terutama minuman beralkohol dan biasanya buka dari sore hingga tengah malam (kebanyakan mulai pukul 17.00 s/d 23.00). Tetapi ada juga beberapa izakaya yang buka pada jam makan siang sekitar pukul 11.00 s/d 13.00, sekadar untuk menjual hidangan makan siang lalu tutup dan buka kembali di sore harinya.
Izakaya, selain sebagai tempat makan/minum sambil melepaskan penat selepas bekerja sehari penuh, juga merupakan tempat di mana masyarakat Jepang berkumpul untuk bersenda gurau dan bersosialisasi. Karena di tempat kerja, orang Jepang hampir jarang ngobrol untuk hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Jadi mereka biasanya "melampiaskan" keinginan ngobrol tentang hal-hal di luar kerjaan tersebut di sini.
Di beberapa izakaya, kadang ada yang menjual Bir Bintang seperti foto di atas. Bir-bir dari daerah Asia lainnya seperti Tiongkok, Thailand, Filipina juga bisa ditemukan.
Baterai
Baterai buatan Indonesia
Produk elektronik merupakan sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dari, dan sudah melekat kuat dengan Jepang. Akihabara sebagai pusat elektronik terbesar di Jepang selalu penuh dengan wisatawan baik domestik maupun dari luar negeri.
Umumnya, wisatawan domestik datang hanya untuk menikmati suasana (karena kebetulan datang di Tokyo untuk suatu urusan lain), atau mencoba mampir di maid cafe yang banyak bertebaran sekedar untuk pengalaman, atau hanya muter-muter untuk window-shopping. Sementara wisatawan asing umumnya lebih suka berburu peralatan elektronik keluaran terbaru yang biasanya harganya lebih "murah" di sini, menurut pertimbangan mereka. Atau bisa jadi benda elektronik tersebut memang belum tersedia di negaranya.
Foto di atas adalah baterai yang saya beli suatu waktu di musim gugur (pembaca bisa lihat juga banyak daun yang berguguran), yang ketika melihat detail di belakang bungkusnya, saya mendapati bahwa baterai ini diproduksi di Indonesia.
Biasanya ketika kita belanja barang yang tidak banyak (1 atau 2) dan tidak begitu besar maupun berat, maka pelayan akan bertanya apakah kita perlu tas plastik belanja atau tidak. Biasanya saya jawab tidak, karena saya selalu bawa tas sendiri. Mereka lalu akan menempel selotip (di foto berwarna merah) di bar code-nya yang menjadi tanda bahwa barang sudah dibayar.
Yoyogi Park
Festival Indonesia di Yoyogi Park
Taman Yoyogi di dekat kuil Meiji Jingu ini memang selalu ramai. Banyak pohon dan bunga yang bisa kita temukan, bahkan ada kolam buatan di dalamnya. Sehingga banyak orang yang datang untuk sekedar jalan-jalan di area taman, berfoto ria, berolahraga ataupun sekedar cuci mata. 
Di dekat taman ini kerap diadakan acara festival dari berbagai negara. Tak ketinggalan acara festival yang berhubungan dengan Indonesia, yang biasanya diadakan 1 atau 2 kali setiap setahun. Biasanya di Festival Indonesia di sini, segala macam masakan mulai mpek-mpek, bakso, gudeg, rendang, nasi kuning, sate, es cendol, juga nasi goreng yang sangat populer di Jepang, bisa ditemukan.
Selain makanan/minuman, kita juga bisa menemukan barang-barang suvenir kerajinan tangan. Ada juga promosi wisata, mulai dari pergelaran tarian maupun nyanyian dengan iringan alat musik tradisional Indonesia. Bahkan terkadang ada orang "penting" maupun artis yang datang secara khusus dari Indonesia untuk memeriahkan festival.
Cup Noodle
Cup Noodles dengan rasa Indonesia
Cup Noodles merupakan salah satu makanan yang berasal dari Jepang dan sudah populer di seluruh dunia. Nissin sebagai produsen Cup Noodle merupakan perusahaan pertama yang memasarkan produknya di tahun 1971.
Pada awalnya, kandungan mi yang terdapat di dalamnya hanya sekitar 70 gram, karena memang tujuan pembuatan Cup Noodles ini awalnya adalah untuk sekadar pengganjal perut bagi orang yang lapar, bukan sebagai menu makan utama. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan, maka sekarang banyak ditemui Cup Noodle yang kandungan minya 90 gram bahkan ada yang 120 gram yang disebut King Cup Noodle.
Foto di atas adalah Cup Noodle rasa mi goreng di sebelah kiri dan rasa gulai ayam melayu di kanan, lengkap dengan gambar merah putih.
Gimana rasa keduany?? Ennnuuaakk sekali deh pokoknya :)
Warung di Ueno
Warung yang jual barang2 import dari Indonesia
Di Ueno kita bisa menemui taman yang tertua yang ada di Jepang yang namanya sama dengan nama daerahnya, yaitu Ueno Koen(Taman Ueno). Di komplek taman ini, selain kita bisa menemukan banyak pohon sakura, ada juga museum seni dan sejarah, kebun binatang, Universitas Seni dan banyak bangunan bersejarah lain. 
Dahulu di zaman setelah Perang Dunia Kedua, Ueno merupakan daerah pasar gelap, di mana banyak orang yang mencari dan juga menjual berbagai macam barang kebutuhan, setelah Tokyo porak poranda akibat serangan udara yang dilancarkan oleh Amerika kala itu.
Sekarang daerah bekas pasar gelap ini menjadi pusat dagang yang ramai bernama Ameyoko. Di lantai bawah salah satu gedung di Ameyoko ini, saya menemukan satu toko yang menjual barang-barang import dari Indonesia.
Di warung ini bisa ditemui berbagai macam makanan impor dari Indonesia. Misalnya Supermi, kerupuk udang, Indomilk, emping goreng, kopi dan teh, bumbu instan, sambal botol dan lainnya.
Buku tentang GusDur 


Buku yang dijual
Di Jepang bisa ditemukan beberapa toko second hand yang menjual berbagai macam barang. Ada juga toko second hand yang mengkhususkan menjual buku-buku. Di suatu toko, di rak-rak yang memajang buku-buku import, saya menemukan buku tentang Gus Dur. Entah ini siapa yang menjual, saya nggak tahu. Bisa juga orang Jepang yang bisa bahasa Indonesia atau orang Indonesia yang menjual buku itu karena sudah pulang kampung ????

Restoran Indonesia




Nggak banyak sih bisa ditemukan restoran Indonesia di Tokyo. Dan memang nggak bisa keseringan makan di resto seperti ini, soalnya harganya juga termasuk mahal.

2017年7月1日土曜日

Sushi dari masa ke masa

Setiap orang pasti mengenal yang namanya Sushi. Makanan yang khas dari Jepang dengan dua bahan utama yaitu nasi yang dicampur cuka dan makanan laut (ikan, kerang, udang, dll). Biasanya juga ada yang disisipi dengan wasabi, semacam lobak yang diparut dan rasanya pedas.
Walaupun belum bernama sushi, kalau dirunut silsilahnya perpaduan makanan dengan bahan utama nasi yang mempunyai rasa masam dan makanan laut sebenarnya sudah ada semenjak dahulu diluar Jepang. Masyarakat di daerah pegunungan di kawasan asia tenggara di daerah Thai dan sekitarnya, mempunyai cara mengawetkan makanan yang bisa jadi merupakan cikal bakal sushi. Mereka mengawetkan makanan, terutama makanan laut karena tempat tinggal di pegunungan tidak memungkinkan untuk terlalu sering menempuh jarak jauh naik turun gunung hanya untuk mencari ikan di laut.  Cara mereka adalah makanan yang akan diawetkan itu biasanya ditaruh berselingan dengan nasi di dalam suatu wadah dan setelah susunan berlapis ini penuh kemudian diatasnya ditaruh batu pemberat. Melalui cara tersebut, seiring dengan berjalannya waktu, nasi yang berfermentasi kemudian menghasilkan cairan yang mempunyai rasa asam. Lalu cairan ini meresap ke dalam makanan yang mengakibatkan makanan setelah proses ini terasa asam.
Sushi yang disajikan satu set dari counter
Kemudian di China, nama sushi sudah mulai muncul di dalam literatur abad ke 5 s/d 3 Sebelum Masehi. Makanan yang diawetkan juga bukan hanya ikan, namun juga unggas seperti burung, maupun hewan seperti babi. Nah, kalau di Jepang sendiri, nama sushi baru ditemukan di dalam literatur pada tahun 718 Masehi. Berbeda dengan cara makan/penyajian sushi yang populer sekarang, dahulu sushi yang sudah melalui proses pengawetan ini dimakan dengan membersihkan nasi yang menempel. Jadi mereka memakan sushi tanpa nasinya.

Waktu untuk dibutuhkan dalam proses pengawetan tersebut bervariasi. Umumnya dibutuhkan waktu 3-6 bulan. Seiring dengan populernya proses pengawetan ini, maka sushi kemudian menyebar ke berbagai daerah di Jepang. Di berbagai daerah tersebut, segala cara dilakukan demi memperpendek proses pengawetannya. Perbedaan cara ini berakibat munculnya berbagai jenis sushi yang populer di masing-masing daerah itu. Pada akhirnya, di jaman Edo, untuk lebih memperpendek prosesnya maka cuka dapur mulai dipakai untuk pengawetannya. Dengan cara ini prosesnya hanya memerlukan waktu beberapa hari saja.
Sushi a la carte
Sushi yang kita temui sekarang pada awalnya dikenalkan di masa Edo dengan nama Edomae Nigiri Sushi. Karena Edo (Tokyo) lautnya kaya akan mineral dan komponen yang disukai ikan yang berasal dari sungai-sungai di hulunya dan mengendap, sehingga berbagai jenis ikan berkumpul di sini. Edomae berarti didepan edo yang identik dengan laut di sekitar Tokyo. Nigiri adalah cara membuat sushi dengan memadatkan nasi menggunakan tangan. Karena banyaknya jenis ikan yang dapat ditemui di lautnya, maka masyarakat yang tinggal di daerah Edo ingin ikan-ikan tersebut dapat langsung disantap dengan proses tanpa menunggu lama.
Sushi yang disajikan sepasang langsung dari counter
Cara penyajian cepat Edomae nigiri sushi ini kemudian digemari masyarakat pada jaman itu. Umumnya sushi pada jaman ini disajikan di warung tanpa tempat duduk yang biasa disebut tachigui (makan sambil berdiri). Cara tachigui akan memudahkan bagi orang yang sekedar ingin menghilangkan rasa lapar, karena dia bisa masuk ke rumah makan tersebut lalu memesan dan tidak lama kemudian bisa menyantapnya dengan cepat. Dari segi bisnis, pemilik rumah makan tachigui juga diuntungkan karena putaran pengunjung bisa berganti dengan cepat.

Jenis sushi ada bermacam-macam. Jika dilihat dari cara membuatnya maka kita bisa menemui ada temakizushi, yaitu sushi yang dibalut dengan rumput laut. Ada pula chirashizushi, yaitu sushi yang tidak dikepal, namun menaruh neta (toping makanannya, terutama makanan dari laut) dihamburkan diatas nasi. Selain itu ada inarizushi, oshizushi, temarizushi, narezushi, gomokuzushi, dan lainnya. Menurut daerah asal sushinya, kita bisa menemui datemakizushi dari daerah chousi di chiba, shimazushi dari pulau ogasawara, funazushi dari prefektur shiga dan lainnya. Lalu sekarang juga banyak bermunculan sushi moderen, dengan toping makanan yang tidak hanya hasil dari laut tapi misalnya ayam goreng, daging panggang, lalu juga ada yang memakai bumbu mayonaisse, buah alpukat dan lain-lain.
Sushi moderen dengan mayonaisse
Dari cara penyajiannya kita bisa menemukan dua cara, yaitu sushi yang disajikan dengan dan tanpa roda putar (rotasi). Sushi yang disajikan tanpa berputar ini biasanya disajikan langsung di depan pembeli yang duduk disekitar counter tempat orang yang membuatnya (itamae). Mereka biasanya memesan ke itamae untuk sushi yang ingin dimakan. Lalu untuk sushi yang disajikan dengan rotasi biasanya juga mereka duduk mengelilingi counter. Bedanya, untuk memakannnya kita cukup mengambil sushi yang sudah ditaruh di piring kecil yang ber-rotasi di sekeliling counter makan, tanpa harus memesan. Namun kita juga bisa memesannya kalau sushi yang kita inginkan tidak ada di rotasinya.
Penyajian sushi dengan rotasi
Harga dari sushi yang dijual juga relatif, tergantung popularitas dari restoran atau itamae-nya, bisa juga dari lokasi restoran dan faktor-faktor lain. Untuk referensi, di restoran yang termurah untuk sushi tanpa rotasi minimal kita harus menyediakan anggaran sekitar 5000 yen untuk sekali makan per orang. Kemudian untuk sushi yang disajikan dengan rotasi, minimal anggaran yang harus disediakan relatif murah. Untuk sekali makan cukup sediakan 1500 s/d 2000 yen .
Penyajian sushi berbentuk kereta yang dikomputerisasi
Cara penyajian rotasi ini menjadikan sushi makin mudah untuk dijangkau, karena selain harganya yang murah, namun juga ada unsur entertainment nya juga sebab kita bisa menonton sushi yang disajikan berputar berderet-deret. Pemandangan ini tentunya sangat menarik terutama bagi anak kecil dan turis internasional yang sedang berkunjung ke Jepang. Bahkan sekarang sudah ada penyajian sushi putar yang dimodifikasi, sehingga unsur entertainment nya lebih tinggi. Sushi diletakkan diatas tempat yang berbentuk kereta yang sudah dikomputerisasi, sehingga sushi bisa langsung diantar ke meja pemesan. Untuk melalukan pemesanan juga cukup mengakses menu dari gadget portable yang sudah mempunyai fasilitas touch screen di masing-masing meja dan bisa melayani berbagai bahasa.
Pemesanan sushi touchscreen dengan multi bahasa
Yang terakhir, bagi orang sibuk yang tidak sempat pergi ke restoran, kita bisa juga membeli sushi yang sudah di packing di supermarket atau di warung terdekat dengan harga yang relatif sangat murah mulai sekitar 350 yen. Bagaimana rasanya sushi jenis ini ? Yah, lumayan lah untuk sekedar mengganjal perut yang sedang lapar.
Sushi pack yang dijual di supermarket
Dengan mengetahui sejarah sushi yang ternyata sudah ada ber-abad lalu, lalu tunggu apa lagi ??? Sekarang, bergegaslah mencoba berbagai ragam sushi di tempat kamu yang terdekat..............