2018年3月18日日曜日

Internet itu Madu apa Racun ?


" ...Madu di tangan kananmu
  Racun di tangan kirimu
  Aku tak tahu
  Mana yang akan kau berikan padaku..."
Itu adalah sepenggal lirik dari lagu yang berjudul "Madu dan Racun" yang dipopulerkan oleh Arie Wibowo (Bill & Brod) di tahun 80-an. Penggalan lirik itu saya kita pas banget untuk menggambarkan apa yang terjadi dengan Internet saat ini. Internet bisa berperan sebagai madu, juga sekaligus bisa menjadi racun kalau kita salah pilih atau salah menggunakannya.
Di Internet, hampir semua hal bisa kita temui dengan mudah. Informasi dengan berbagai macam konten juga kita bisa temukan. Mulai dari konten yang berhubungan dengan iptek, sejarah, kebudayaan, sosial, agama, sampai konten yang berhubungan pornografi pun ada. Kita bisa menemukan konten berisi how-to---yaitu cara2 membuat sesuatu---misalnya  how-to  adonan, mulai dari cara membuat adonan yang enak seperti kue atau masakan lezat dengan informasi bahan2 dan sekaligus tayangan video pembuatannya, sampai cara membuat adonan yang "mengerikan" seperti cara membuat bom rakitan, juga lengkap dengan bahan2 dan sekaligus video cara pembuatannya. Cara membuat adonan kue merupakan "madu" internet, tapi adonan bom ?? Bukankah ini "racun" jika dimanfaatkan oleh orang2 yang berpikiran "sempit" yang ingin mengumbar ego jahatnya ?
Jika kita menyimak berita terkini di tanah air, yang belum lama tentang ada anak yang menyaksikan konten pornografi, maupun yang terjadi beberapa waktu lalu yaitu tertangkapnya gerombolan pembuat berita bohong (hoax), bisa menjadi bukti nyata yang lain bahwa Internet memang bisa menjadi racun bagi orang yang tidak dibekali dulu dengan "pengetahuan" yang cukup, atau jika dimanfaatkan tanpa pendampingan orang2 yang lebih mengerti dan bijak misalnya para orang tua dan orang dewasa yang berwawasan luas. Sebenarnya hal ini bukan hanya masalah di Indonesia saja. Di luar negeri pun ada, misalnya dengan terungkapnya jaringan yang dicurigai menyebarkan berita palsu di Rusia yang mempengaruhi hasil pilpres di Amerika dengan terpilihnya Trump sebagai presiden.
Entah apa kata Vint Cerf dan Bob Kahn yang menemukan TCP/IP yang menjadi dasar dari protokol komunikasi data di Internet jika mengetahui bahwa saat ini Internet telah dipenuhi juga dengan hal2 yang negatif yang berperan sebagai "racun" di Internet. Kita juga tidak tahu bagaimana perasaan Sir Tim Berners-Lee---orang yang pertama kali membuat World Wide Web (biasa dipersingkat menjadi Web, dengan situs yang pertama kali dia buat bisa dicheck di link ini) yang menjadikan Internet sebagai sumber informasi yang menarik karena tidak melulu berisi teks, namun kita bisa juga melihat gambar maupun video, suara, bahkan saat ini dengan konten interaktif yang lain---ketika mengetahui Web telah dipakai juga untuk membuat dan menyebarkan "racun".
Mungkin generasi zaman now tidak tahu betapa sulitnya zaman dahulu untuk sekedar "menyambungkan" satu komputer dengan komputer lain---misalnya dengan UUCP---dan tidak seperti sekarang yang cuma butuh menancapkan kabel ethernet lalu sedikit tambahan berapa klik di layar komputer. Atau mungkin juga susah bagi generasi zaman now untuk membayangkan bagaimana repotnya melakukan pertukaran data yang saat itu hanya bisa dilakukan melalui FTP. Bahkan untuk mencari suatu topik informasi, mesin pencarian yang handal belum ada sehingga harus susah payah menggunakan Archie atau Gopher. Belum lagi ada keterbatasan koneksi internet yang super-duper lemot.
Zaman dulu, bagi penikmat film horor, tidak perlu pergi ke bioskop untuk nonton film horor. Cukup duduk manis atau leha-leha di rumah saja tengah malam. Soalnya,jika ada anggota rumah yang gemar main Internet tengah malam (karena tengah malam biasanya koneksi lebih "cepat"---line telepon lebih sepi dan stabil---dibanding koneksi waktu siang/sore), suara berisiknya modem sudah bisa jadi "horor" tersendiri yang bisa membangunkan seisi rumah. Bahkan saat ini, kata "modem"---walaupun beberapa tahun kebelakang masih ada USB modem untuk koneksi seluler ke Internet dan tidak berisik---sendiri juga sudah "punah" karena tergerus oleh kata "tethering" maupun "wifi"  juga "free hotspot".
Orang juga tidak perlu susah2 belajar socket programming  dengan memakai distro Unix BSD yang tidak populer untuk melaksanakan keinginannya misalnya untuk komunikasi antar server, karena di Internet program2 siap pakai sudah tersedia untuk kebutuhan tersebut dan bahkan kita tidak perlu merogoh kocek untuk menggunakannya alias gratis. Lebih ngeri lagi, untuk menjadi hacker/cracker  (hacker/cracker jadi2-an atau karbitan) pun kita tidak usah belajar susah2 karena banyak yang menyediakan tutorial gratis plus dengan menyediakan berbagai macam tools  (program) yang bisa langsung digunakan hanya dengan beberapa klik jari saja.
Pengguna Internet di Indonesia
Menurut imajinasi "liar" saya, sebenarnya gampang menggambarkan tipe orang Indonesia. Kita bisa membagi orang Indonesia (menurut imajinasi liar saya tadi) menjadi 3 tipe, yaitu  : (1) tipe penggiat medsos, (2) tipe yang sedang mempelajari dan punya keinginan untuk menjadi penggiat medsos dan (3)  tipe orang yang cuex bebek akan medsos. Omong2, pembaca tipe yang mana nih ? :)
Menurut data tahun 2017 yang dikeluarkan oleh Hootsuite---sebuah perusahaan platform manajemen sosmed---penetrasi pengguna Internet di Indonesia sebenarnya tidak terlalu besar, yaitu sekitar 51%, hanya lebih besar 1% dari persentase rata2 penetrasi pengguna Internet di dunia. Jumlah ini masih jauh dibawah negara ASEAN lain seperti Filipina, Thailand bahkan Vietnam. Namun untuk persentase perkembangan pengguna Internet dibandingkan tahun sebelumnya (2016), Indonesia menempati posisi teratas dibanding dengan negara lain.
Jumlah rata2 waktu yang dihabiskan orang Indonesia di depan komputer maupun gawai untuk Internet adalah sekitar 4 jam. Ini menempatkan posisi Indonesia di peringkat ke-4 setelah Filipina, Brazil dan Thailand. Persentase kenaikan pengguna sosmed Indonesia juga tinggi, yaitu sekitar 34%, yang menempatkan Indonesia di urutan ke-4 dunia. Bahkan untuk jumlah pengguna Facebook (aktif), Indonesia juga menempati urutan 4 dunia setelah Amerika, India dan Brazil.
Saya tidak mau berspekulasi tentang apa saja yang dilakukan orang Indonesia selama 4 jam di Internet. Bisa saja mereka menghabiskan waktu dengan, misalnya mencari info tentang bagaimana cara memasak Jengkol yang praktis dan hasilnya juga enak untuk dinikmati. Atau bisa jadi mereka mencari presentasi TED yang menarik untuk disimak. Lalu bisa juga mereka banyak yang mengikuti kursus2 yang ditawarkan universitas Te-O-Pe dunia melalui Mass Open Campus. 
Tapi, tidak bisa dipungkiri juga bahwa ada beberapa gelintir orang yang tahan berjam2 untuk "berselancar" di Internet sekedar untuk meng-"kepo"in aktifitas tetangga, rekan kantor, atasan bahkan mantan gebetan dan mantan2 yang lain. Bahkan ada kenyataan bahwa sebagian gemar juga men-share  berita2 "sampah", bahkan beberapa rela membuat sendiri berita2 "sampah" itu. Sepertinya orang2 ini belum tahu bahwa dengan menyampah di Internet sebenarnya mereka sudah menggunakan sia2 sumber daya Internet Bandwith  yang semakin terbatas dan langka. Belum lagi urusan sampah di sungai bahkan di laut, sampah di Internet tentu bikin puyeng dan merusak "pemandangan" juga.
Kembali ke topik Internet di Indonesia, cara akses orang ke Internetnya pun bermacam2. Sebagian orang mungkin meng-akses Internet melalui PC dengan fix atau leased line baik melalui ADSL atau melalui jaringan TV kabel yang menggunakan kabel coaxial maupun fiber-optic. Namun saat ini, saya pikir akses dari gawai adalah yang terbanyak karena praktis, yaitu tidak perlu punya PC/Notebook dan akses bisa dilakukan dimana saja, misalnya sambil ngopi di warteg, sambil brunch di kafe atau sambil mancing bahkan sambil bobo2-an siang.
Untuk koneksi gawainya, bagi yang punya penghasilan "lebih" mereka bisa pakai program data pasca bayar, atau juga bisa beli paket promosi data yang ditawarkan dengan heboh di iklan2 (terlepas dari benar atau tidaknya promosi itu). Bagi para "fakir data", bisa juga memanfaatkan wifi gratis di warung2 kopi (tentunya dengan kerelaan membeli secangkir kopinya) atau nyemil sekedarnya di warung demi mendapatkan wifi gratis. Atau bagi orang kantoran, bisa juga nebeng koneksi wifi di kantor. Bagi orang2 yang sedikit "kreatif", bisa juga install beberapa program yang mempunyai kemampuan untuk cracking password wifi atau bahkan bisa cracking tethering  dari gawai orang lain sehingga dia bisa melalukan koneksi gratis ke Internet.
Anda adalah penentu
Internet adalah seperti toko serba ada. Informasi apapun bisa anda dapatkan dengan mudah. Penentu apakah Internet itu madu atau racun sebenarnya adalah anda sendiri. Bagaimana anda menyikapi informasi yang anda dapat di Internet, kemudian bagaimana anda menyebarkan informasi itu jika anda bisa memetik manfaatnya atau jika anda pikir itu bermanfaat juga bagi orang lain. Sebaliknya, bagaimana anda punya kemampuan untuk bisa menyortir dan membuangnya (atau paling tidak bisa tahan diri untuk tidak menyebarluaskannya) jika informasi itu tidak bermanfaat atau bahkan bisa membahayakan pembaca yang tidak siap atau kurang pengetahuan/wawasannya.
Ada beberapa cara untuk memilah mana berita yang bermanfaat dan tidak (berita sampah), misalnya dengan tidak langsung mempercayai link yang ditampilkan paling atas dalam mesin pencari google. Atau anda bisa juga check siapa sumber beritanya, karena orang yang biasa menyebarkan berita bohong, tentunya rekam sepak terjangnya pun terus menerus menyebar berita bohong. Juga, anda bisa check berita yang sama, namun usahakan beritanya dibaca dari berbagai sumber sebagai bahan perbandingan.  
Dunia Internet harus diperlakukan sama dengan dunia nyata, yaitu perlu kedewasaan dari masing2 pengguna untuk menyikapi informasi yang disajikan disana. Sopan santun yang berlaku di dunia nyata tentunya juga otomatis berlaku di Internet, walaupun caranya tentu berbeda. Dan lebih penting lagi, kita harus mempersiapkan diri kita masing2 dengan pengetahuan (walaupun sedikit demi sedikit) tentang teknologi Internet, maupun perkembangan teknologi lain secara umum agar kita tidak gagap dan kemudian kalap tidak tahu bagaimana menghadapi dan menyikapinya.
Yang terakhir, ungkapan yang waras ngalah sebaiknya tidak diterapkan dalam menghadapi arus informasi yang membeludak di Internet. Yang waras (baca:bijak) plus melek teknologi sebaiknya juga memberikan panduan atau bimbingan tentang bagaimana memanfaatkan teknologi itu untuk tujuan kebaikan bersama. Orang tua, guru, dosen, para petingi di kantor juga harus mendampingi putra-putri, murid, mahasiswa, karyawannya masing2 agar bijaksana memanfaatkan Internet.
Internet adalah suatu teknologi yang luarbiasa yang bisa mengubah cara hidup manusia ke arah yang lebih baik di berbagai bidang. Tapi di sisi lain, dia juga bisa menjadi sesuatu momok yang menakutkan dan bisa merusak kehidupan kita. Internet bisa menjadi madu yang lezat dan menyehatkan, namun disisi lain dia juga bisa menjadi racun yang mematikan. Dan kuncinya adalah, tergantung pada anda sendiri, bagaimana anda menyikapi semua itu. Sudah siapkah anda menentukannya ?

2018年3月10日土曜日

Dari Analog, Digital, Sampai Ke Mars Ada Semua Di Event CP+ 2018

Suasana CP+ yang cukup ramai 
Produsen kamera (digital) memang sedang repot untuk mengatasi bagaimana caranya agar bisa bersaing dengan maraknya gawai (smartphones) baru yang mempunyai kemampuan kamera "super" yang didukung oleh teknologi lain, misalnya teknologi sensor. Kemampuan smartphone  yang beredar di pasaran sekarang tentunya tidak dipandang dengan sebelah mata oleh produsen kamera.
Keadaan para produsen kamera---kalau dianalogikan dengan keadaan seorang remaja yang belum pengalaman menghadapi liku percintaan---tentunya sedang galau. Saking galaunya, mereka lantas mengadopsi teknologi yang sudah lama dan populer digunakan pada gawai---supaya menarik minat pengguna karena penggunaannya mirip dengan gawai---seperti kemampuan koneksi bluetooth  maupun wifi, dan juga touchscreen. Tapi kemudian, produsen gawai juga tak tinggal diam. Beberapa produsen gawai ber-inovasi lagi dengan menanamkan lensa ganda yang bisa saling bersinergi untuk menghasilkan output foto yang lebih baik. Tambah puyeng deh kepala si barbie (produsen kamera).
Untuk menunjukkan bahwa produsen kamera juga serius dalam hal ber-inovasi, maka setiap tahun diadakan pameran "Camera and Photo Imaging" yang biasa disingkat menjadi CP+ (dibaca CP plus). Bahkan untuk menarik minat orang agar berkunjung ke pameran, maka akhir2 ini acara CP+ juga digunakan sebagai ajang untuk merilis (sekaligus pengunjung bisa mencoba) produk kamera terbaru. Acara CP+ yang kedelapan kalinya diadakan pada tanggal 1 - 4 Maret 2018 yang lalu di Pacifico Yokohama. Saya berkesempatan untuk mengintip acaranya, dan berikut adalah ulasan singkat beserta hal2 unik yang saya temukan di acara tersebut.
Line-up Stan Fujifilm
Mirrorless Masih merajai Pasar Kamera
Menurut data statistik yang dirilis oleh CIPA tahun lalu, jumlah total produk kamera mirrorless mengalami kenaikan sebesar 30% dari jumlah total produksi tahun sebelumnya. Hal ini berlawanan dengan jumlah total produk kamera DSLR yang mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya.
Tahun ini memasuki tahun ke-10 sejak "kelahiran" kamera mirrorless yang pertama. Dahulu posisi kamera mirrorless hanya sebagai kamera penunjang (backup) bagi kamera DSLR yang digunakan sebagai kamera utama. Namun dengan perkembangan teknologi, saat ini posisinya mendekati atau bahkan sejajar dengan kamera DSLR. Bahkan banyak pula produsen kamera yang meluncurkan produk flagship---untuk kelas profesional yang tentu harganya mahal---mirrorless dibanding tahun2 terdahulu dimana produk mirrorless hanya bermain di kelas amatir (yang harganya lebih ekonomis dibanding harga DSLR).
Sakura sudah mekar di Stan Tamron 
Berkeliling di area CP+, kita bisa melihat dan sekaligus mencoba langsung bagaimana produk yang ditawarkan oleh masing2 produsen kamera. 
Kita mulai dari Fujifilm yang meluncurkan produk mirrorless terbarunya X-H1 di hari pertama pembukaan acara CP+. Kamera ini mepunyai kemampuan image stabilization  yang dipasang di body kamera. Sensornya menggunakan X-Trans CMOS III yang mampu menghasilkan resolusi 24.3 juta pixel
Olympus yang merupakan pionir dalam kamera mirrorless merilis kamera flagship penerus seri OM-D nya yaitu E-M1 MarkII tahun lalu. Canon merilis antara lain produk EOS M6 dan M100, yang membuatnya mempunyai line-up  produk untuk pasar mirrorless bagi kelas pemula sampai intermediate. Sony juga terus berinovasi, dan yang terbaru mereka menanamkan teknologi anti distortion shutter---misalnya pada produk alpha9---sehingga bisa meminimalisasi distorsi, bahkan menghilangkan suara dan getaran saat tombol shutter  ditekan untuk mengambil foto.
Sementara Panasonic mempunyai 2 line-up produk yang berbeda. GH5 merupakan produk yang menitikberatkan kemampuan video dan merupakan mirrorless pertama dengan kemampuan merekam video 4K, sedangkan G9 merupakan produk mirrorless terbaru dari Panasonic yang menitikberatkan kemampuan mengambil gambar (foto) dan juga merupakan produk flagship-nya.
Kamera mirrorless namun dengan kemampuan yang mumpuni ini memang digemari banyak orang, khususnya karena bentuknya yang kecil dan ringan. Segmen penggunanya pun bervariasi, dari profesional sampai dengan yang masih amatir. Sekarang ada istilah Kamera Joshi  karena populasi wanita penggemar fotografi yang terlihat selalu menenteng kamera makin banyak berkeliaran. Bahkan ada majalah yang khusus membahas tentang ini.
Suasana Stan Olympus
DSLR dan kamera saku
Saat ini hanya 3 produsen kamera yang memproduksi DSLR yaitu Nikon, Canon dan Ricoh. Nikon memperkenalkan produk terbarunya D850 yang merupakan kamera full frame dengan resolusi gambar 45 Megapixel. Selain kemampuan untuk video 4K dan timelapse 8K, pecinta kamera analog yang mempunyai banyak koleksi film negatif bisa memanfaatkan kemampuan digitizing, yaitu kemampuan men-scan langsung film dengan bantuan  attachment yang dijual terpisah. Canon juga merilis produk kamera full frame barunya EOS6D MarkII tahun lalu.
Pentax merilis kamera full frame bertepatan dengan acara CP+ yaitu Pentax K-1 MarkII. DSLR kelihatannya juga masih punya fans (yang mungkin terbatas di kalangan profesional dan sedikit dari kalangan amatir) yang setia karena produsen kamera----walaupun terbatas--- juga masih memproduksi kamera jenis ini.
Sementara untuk kamera saku, sebenarnya masih banyak produsen seperti Panasonic, Olympus, Canon, Casio dan Nikon yang masih setia merilis produknya, walaupun tentunya harus berusaha keras untuk bersaing dengan kemampuan kamera yang sudah bisa dibilang mumpuni dari smartphone
Walaupun bukan untuk kategori kamera saku, kamera 360 yang bisa mengambil gambar dengan sudut pandang 360 derajat juga mulai digemari masyarakat. Ricoh sebagai pionir dari kamera 360 dengan produk theta-nya, mengalokasikan 1/2 dari stan nya untuk memamerkan kemampuan theta di CP+. 
Disitu juga dipamerkan theta yang digunakan untuk mengambil video saat peluncuran roket, untuk menunjukkan daya tahan kamera tersebut terhadap kondisi ekstrim (juga ada tayangan video yang direkam saat itu). Tahukah pembaca bahwa chip yang digunakan theta adalahSnapdragon 625, sama dengan chip yang digunakan di produk smartphone lho.
(Untuk yang ingin tahu lebih lanjut tentang kamera 360, saya pernah membahasnya disini)
Theta dan Pentax dibawah payung Ricoh
"Analog" masih tetap laku
Yang menarik dari acara CP+, stan yang memamerkan produk printer seperti Canon dan Epson selalu dipadati oleh pengunjung dari tahun ke tahun. Ternyata dengan berkembangnya teknologi, dimana orang sudah bisa menyaksikan atau menampilkan foto yang mereka ambil di layar gawai maupun di layar display/televisi di rumah, masih banyak orang yang suka akan hasil foto "analog" yang dicetak di kertas (termasuk saya). Bukan hanya stan yang memamerkan printer, stan yang memamerkan kertas untuk printer seperti ilford---yang memamerkan produk kertas dengan kualitas tinggi---juga dipadati pengunjung. Nama ilford tentunya tidak asing bagi pembaca yang (masih) gemar fotografi dengan film (analog). 
Saya tidak tahu apakah orang2 yang memadati stan printer dan kertas untuk cetak itu masih suka mencetak foto hasil karyanya sendiri untuk dipajang atau disimpan di rumah, atau mereka hanya ingin tahu saja. Namun pengalaman saya bergaul dengan penggemar fotografi di Jepang, memang masih ada beberapa orang yang suka untuk "repot2" mem-print hasil karya mereka untuk dibawa dan disharing di klub fotografi maupun untuk dipajang di rumah dan bahkan untuk disimpan.
Kamera jadul yang ikut dipamerkan di acara 
Fujifilm merilis produk kamera hybrid  analog dan digital bernama instax square sq10. Kamera instax memang sedang booming kecil di Jepang, terutama di kalangan remaja. Walaupun hasil foto saat ini bisa dengan cepat di-sharing lewat medsos seperti Instagram, Twitter atau Facebook, namun para remaja ini juga suka untuk menyimpan foto instax di dalam buku album dan mendekorasinya. Atau juga sekedar membagikan hasil printnya kepada teman atau sanak saudara untuk kemudian dipajang di rumah.
Kamera Instax warna-warni di Stan Fujifilm 
Romantisme Mars
Bumi butuh waktu setahun untuk mengelilingi Matahari. Sedangkan Mars butuh waktu kira2 duakalinya yaitu 687 hari untuk mengelilingi Matahari. Karena sama2 mengelilingi Matahari, maka pasti ada suatu saat dimana keduanya "berdekatan".
Tanggal 31 Juli tahun ini antara Bumi dan Mars mempunyai jarak terdekatnya dalam mengelilingi Matahari, yaitu sekitar 57.59 juta Km. Bagi penggemar astrofotografi---yang menjadikan bintang dan benda2 dilangit sebagai objek foto---tentunya hal ini tidak bisa dilewatkan begitu saja karena ini merupakan kesempatan langka yang hanya bisa disaksikan 15 tahun sekali.
Stan Kenko dengan judul Mars Mendekat
Kenko---yang merupakan nama yang tidak asing bagi penggiat fotografi---memamerkan teleskop yang bisa mengabadikan momen langka ini. Dengan panel besar bertuliskan "Mars mendekat!", Kenko memamerkan berbagai macam teleskop dengan variasi diameter lensa dan rentang titik fokus. Ada juga teleskop yang bisa diprogram sehingga bisa tracking  otomatis pergerakan suatu planet atau bintang. Sayangnya, karena acara diadakan di dalam ruangan maka kita tidak bisa mencoba langsung kemampuan teleskop. Saya sempat bertanya kepada penjaga stan tentang harga teleskopnya. Dia mengatakan harga yang paling ekonomis adalah sekitar 35 ribu yen.
Museum Kamera Mini 
Ada juga stan museum kamera yang kecil, dimana kita bisa melihat kamera yang sudah dibuat ratusan tahun yang lalu, maupun kamera analog modern namun sudah tidak diproduksi lagi sekarang.
Begitulah sedikit pengalaman saya mengunjungi acara CP+ 2018. Selain stan kamera, ada juga stan makanan ringan dan stan yang membagikan minuman gratis di dalam. Saya sering juga datang ke acara ini walaupun tidak rutin setiap tahun. Yang saya amati, memang jumlah pengunjung yang datang selalu membludak, karena disamping acaranya gratis kalau kita mendaftar terlebih dahulu lewat web, bagi penggemar fotografi kita juga bisa mencoba kamera dan lensa baru disana.
Walaupun kemampuan kamera smartphone sudah bisa dibilang mumpuni, namun bagi penggemar fotografi yang "agak" serius, masih menjatuhkan pilihannya pada kamera, entah itu mirrorless maupun DSLR. Hanya memang, produsen kamera sekarang terkesan hanya menggenjot (baca:perang) resolusi kamera setinggi-tingginya.
Teknologi masih akan berkembang, dan saya yakin masih akan ada teknologi baru lagi, entah itu image sensorimage processor  atau yang lain yang akan muncul di tahun2 kedepan. Siapa tahu, tidak lama lagi kita bisa menyaksikan munculnya kamera yang sudah tidak perlu lagi shutter fisik, namun sudah bisa mengambil gambar dengan mendeteksi gelombang otak, saat kita berpikir bahwa kita ingin mengambil gambar (foto) suatu objek. 
Atau kalau bisa, diciptakan teknologi yang dapat mengambil foto dengan kedip mata. Keren juga kan kalau misalnya berpapasan dengan sesuatu yang "bening", dengan satu kedipan maka bisa untuk memberikan "sinyal" ke dia sekaligus untuk memfoto objeknya. Seperti kata pepatah, sambil menyelam, minum air....
Dimana ada gula, disitu ada semut

2018年3月3日土曜日

Bunga Ume, yang Mengantar Datangnya Musim Semi dengan Sejarah Panjangnya

Bunga Ume Pink
Jika kita susah atau bingung menemukan kata2 yang tepat untuk mengungkapkan perasaan hati kita, orang bilang "katakanlah dengan bunga". Tentunya orang suka akan bunga, yang mempunyai berbagai macam bentuk dan warna serta keunikannya masing2.
Di negara yang mempunyai 4 musim termasuk Jepang, memasuki bulan Maret---yang merupakan awal musim semi---maka suhu udara sudah berangsur naik dengan teratur. Meskipun begitu, pada malam maupun pagi hari, suhu dinginnya masih terasa sampai ke tulang sumsum. Nah, salah satu tanda datangnya (awal) musim semi adalah kita bisa menyaksikan bunga2 yang mulai bermekaran. 
Diantara bunga itu, ada 3 bunga yang bentuknya mirip yaitu Ume (Japanese Apricot), Momo (Peach) dan Sakura (Cherry Blossom). Bisakah pembaca membedakan antara ketiga bunga tersebut ? Kalau belum bisa membedakannya, jangan khawatir. Saya akan membahas bagaimana caranya diakhir tulisan.
Bunga Ume Putih
Sekilas tentang Ume
Saat ini, jika pembaca diminta menyebutkan nama bunga yang erat hubungannya dengan Jepang, maka bisa dipastikan 99,99% jawabannya adalah Sakura. Bahkan negara Jepang sendiri terkadang disebut sebagai Negara/Bumi Sakura.
Pada era Nara (Tahun 710 sampai 794) dan era2 sebelumnya, kalau penduduk saat itu diminta menyebutkan nama bunga, maka mereka serentak akan menyebut nama Ume, bukan Sakura. Masih pada era Nara (dan era sebelumnya), acara hanami (apresiasi keindahan bunga) adalah untuk menikmati keindahan Bunga Ume. Lagi2 bukan bunga Sakura. Acara hanami yang kita kenal sekarang dimana masyarakan menikmati keindahan bunga Sakura, sebenarnya "baru" dimulai sejak era Edo (sekitar tahun 1600-an).
Ada beberapa teori yang berbeda tentang asal muasal bunga Ume ini. Beberapa ahli mengatakan Ume berasal dari daratan Tiongkok (yang merupakan pendapat mayoritas), namun ada juga yang mengatakan Ume aslinya berasal dari Jepang. Selain pendapat yang berbeda mengenai asal usulnya, perbedaan lain antara Jepang dan Tiongkok---yang berhubungan dengan Ume menurut literatur yang ada---adalah, di Jepang, perhatian yang utama dari masyarakat kepada Ume adalah pada bunga Ume itu sendiri, yaitu keindahan bentuk dan warna-warni nya.
Sedangkan di Tiongkok, perhatian atau minat utama masyarakat adalah kepada buah Ume, yang memang banyak digunakan untuk obat-obatan dan juga sebagai bahan makanan seperti buah Ume yang diawetkan dengan menggunakan garam.
Ume di Mogusaen, Tokyo
Ume, selain bunganya yang memiliki keindahan tersendiri dan buahnya yang bisa dimakan (walaupun buah yang masih muda ada yang bisa menyebabkan keracunan kalau dimakan), pohon (batang)nya yang kuat juga bisa digunakan untuk membuat perkakas makan, misalnya dibuat untuk sendok, sumpit atau gelas.
Alat makan Jepang (washokki) yang berasal dari keramik pun, banyak yang diberi gambar Ume. Bahkan ada juga yang bentuknya---misalnya piring atau wadah---mempunyai wujud seperti bunga Ume. Penggunaan Ume sebagai bahan dasar untuk dibuat sebagai perkakas makan, atau penggunaan gambarnya pada alat makan memang istimewa.
Kenapa ? Karena walaupun bunga Ume hanya bisa dinikmati pada (awal) musim semi, namun alat makan dari pohon Ume, maupun yang bergambar Ume---misalnya gelas untuk minum teh atau piring untuk makan---disukai untuk digunakan di segala musim.
Jenis Ume di seluruh Jepang ada sekitar 100 lebih. Namun dari jumlah itu, hanya ada beberapa saja yang terkenal dan namanya sudah menjadi brand name  dari daerah tertentu. Contohnya nama Gyokuei, Shirokaga dan Yourou di daerah Kanto. Kemudian ada Tougoro, Benisashi di daerah Hokuriku. Ada juga Bun-go, Takadaume di daerah Touhoku.
Saat ini, daerah yang terkenal sebagai penghasil Ume adalah Prefektur Wakayama. Ume yang diproduksi di daerah ini bernama Kojiro dan Nanko. Wakayama terkenal akan produksi Ume (buahnya) karena perkebunan Ume di daerah ini sudah digalakkan semenjak era Edo, dimana Ando Naotsugu---yang waktu itu berkuasa di daerah yang dulu disebut Ki-i no Kuni---menganjurkan rakyatnya untuk menanam pohon Ume.
Yuushima Tenman-guu (Mamiya645 on velvia50)
 Ume dan Dewa Ilmu Pengetahuan
Di Jepang ungkapan shouchikubai  sering digunakan dalam acara yang berhubungan dengan kebahagiaan, misalnya dalam resepsi perkawinan. Sho adalah Matsu atau pohon pinus, Chiku adalah Take atau bambu dan Bai adalah Ume. Diantara ketiganya, Ume sebenarnya adalah yang paling disukai karena bunga Ume yang bentuknya mungil dan lucu---seperti yang sudah saya tulis sebelumnya---sehingga gambarnya sering digunakan untuk motif pada alat makan misalnya gelas dan piring. Karena alat makan digunakan hampir setiap hari, maka akibatnya "Ume" lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang.
Bunga Ume juga banyak ditanam di pelataran Jinja  (Kuil) karena memang beberapa dari Ume ini mempunyai hubungan historis dan sedikit religius dengan kuil tersebut. Kuil yang mempunyai nama "Tenman-guu", misalnya Dazaifu Tenman-guu di Fukuoka, Kitano Tenman-guu di Kyoto dan Yuushima Tenman-guu di Tokyo memang mempunyai pohon Ume yang banyak, dan menjadikannya sebagai spot Ume yang terkenal.
Kuil2 Tenman-guu ini berhubungan dengan orang yang bernama Sugawara no Michizane, yang merupakan penasihat Tenno di era Heian (Tahun 800-an). Dia adalah seorang bangsawan yang bukan hanya memiliki otak yang cemerlang (pintar), namun mahir juga dalam bela diri (main pedang) dan juga ahli ilmu politik. Sugawara merupakan orang yang dijuluki Bunburyoudou,  yaitu orang yang bukan hanya mempunyai keahlian di bidang ilmu pengetahuan, namun juga mahir dalam bidang bela diri (pertahanan).
Kitano Tenman-guu, Kyoto 
Cemerlangnya otak Sugawara ditunjukkan di berbagai macam peristiwa, misalnya dia adalah orang termuda yang bisa lulus di sekolah pembinaan calon anggota pemerintahan. Juga dia bisa lulus ujian yang bernama houryakushiki  di usianya yang baru menginjak 26 tahun. Padahal selama kurang lebih 200 tahun, hanya ada sekitar 60 orang saja yang bisa lulus ujian ini. Sugawara juga bisa mengantongi gelar Monjouhakase,  yang merupakan gelar tertinggi di bidang pendidikan kala itu.
Hubungan antara Sugawara dengan Ume bisa kita lihat pada berbagai peristiwa. Misalnya dalam usia yang baru menginjak 5 tahun, dia dikatakan bisa mengarang satu Waka (puisi) yang menggunakan kata Ume. Wujud kecintaan Sugawara yang lain terhadap Ume adalah dengan banyaknya pohon Ume yang ditanam di pekarangan rumahnya. Terlebih lagi, lambang keluarga (kamon) Sugawara adalah juga bunga Ume.
Yoshino Baigo, Oume City
Sugawara yang dengan kemampuan bunburyoudou-nya membuat beberapa penguasa membenci dan kemudian menyingkirkannya dari pemerintahan. Sugawara meninggal dalam pengasingan diusia yang muda yaitu 59 tahun. Kemudian orang2 yang menyingkirkannya itu diberitakan mati secara misterius.
Oleh karena kematian orang2 yang menyingkirkan Sugawara itu aneh, kemudian mereka menganggap kematian itu akibat dari tulah atau kutukan dari Sugawara. Dan untuk menenangkan "arwah" Sugawara, kemudian mereka mendirikan Kuil yang menempatkan Sugawara sebagai "Dewa" Ilmu Pengetahuan. Kuil itu kemudian disebut Tenman-guu, dan saat ini kuil2 Tenman-guu banyak dikunjungi oleh pelajar maupun orang yang akan mengikuti ujian. Di kuil2 ini juga banyak dijual benda2 maupun alat tulis yang biasa digunakan atau dibawa sewaktu menjalani ujian (ujian sekolah atau ujian lain).
Orang2 tua juga berkunjung ke kuil ini selain untuk berdoa agar anaknya lulus ujian atau sekolah, mereka juga berharap agar anaknya selain bisa pintar, juga bisa unggul dalam bidang lain (dengan kata lain, agar mempunyai jiwa dan raga yang sehat).
Taman Ume di Jounanji, Kyoto
Spot Ume di Jepang
Di Jepang ada beberapa spot  yang terkenal dimana kita bisa melihat pohon Ume yang indah berwarna-warni. Selain spot di Kuil Tenman-guu---karena hubungannya dengan Sugawara yang telah saya tuliskan diatas---yang bisa kita temui di seluruh Jepang, ada beberapa tempat lain yang juga populer.
Misalnya kalau di Kanto kita bisa mengunjungi Yoshinobaigo di Oume atau Soga Bairin di Kanagawa, yang merupakan perkebunan Ume yang luas. Di daerah Mito kita bisa mengunjungi Kairaku-en, yang merupakan taman yang dipenuhi dengan Ume. Taman ini dibangun oleh keluarga Shogun Tokugawa yang bernama Tokugawa Nariaki. Sebagai catatan, taman ini termasuk 3 taman besar di Jepang selain Kourakuen di Okayama dan Kenrokuen di Kanazawa. 
Atau kalau pembaca sedang berada di Jepang, dan nggak mau repot2 keluar biaya untuk masuk taman yang berbayar sekadar melihat Ume, coba jalan2 di daerah sekitar tempat menginap. Karena tanaman Ume juga bisa ditemui di beberapa halaman rumah, taman terbuka yang gratis (baik kecil maupun besar) atau bahkan di pinggir jalan (sama seperti pohon Sakura).
Ume di Ikegami Honmonji
Bagaimana membedakan antara Ume, Momo dan Sakura
Cara paling mudah untuk membedakannya adalah bentuk bunganya. Ume mempunyai bentuk bunga yang bulat, Momo agak runcing sedangkan Sakura mempunyai bunga yang berbentuk hati (ada belahan di tengahnya). Berbeda dengan Sakura, bunga Ume (dan Momo) tumbuh langsung dibatang pohon dan tidak mempunyai tangkai bunga.
Perbedaan Momo dengan Ume adalah, Ume hanya mempunyai bunga tunggal, namum Momo umumnya mempunyai 2 bunga yang bertumpuk. Sehingga Momo tampak lebih mempunyai bunga dibandingkan dengan Ume. Sedangkan Sakura, bunganya tidak langsung di batang namun mempunyai tangkai bunga yang panjang dan bunganya juga bergerombol.
Untuk lebih mudahnya, sila bandingkan gambar di bawah ini untuk membedakan bunga Ume, Momo dan Sakura.
Diolah dari sumber : kiyotakakubo.hatenablog.com
Ume mempunyai sejarah lebih panjang dari Sakura dan merupakan bunga yang sudah dekat dengan masyarakat Jepang sejak dahulu. Sila menikmati Ume jika pembaca mempunyai kesempatan untuk berkunjung ke Jepang. Dan semoga dengan tulisan ini pembaca bisa lebih menikmati Ume, dan yang terpenting juga bisa membedakan mana bunga Ume, Momo dan Sakura. Karena 3 bunga itu memang serupa, tapi tak sama.
Taman Ume di Shibakouen, dekat Tokyo Tower