2017年10月9日月曜日

Menyaksikan "Kawaii" Hongkong di Tokyo

Suasana di daerah tenggara Hongkong yang dekat Victoria Harbour
Kalau pembaca pernah melihat drama/film Jepang, atau bahkan mengunjungi dan jalan2 di Jepang, tentunya sudah pernah mendengar kata "kawaii". Kawaii biasanya diucapkan kalau mereka melihat sesuatu yang unik, mungil dan menggemaskan. Orang yang mengucapkan kata itu, tidak terbatas pada wanita yang masih usia sekolah saja. Wanita dewasa (sudah bekerja dan berumah tangga), bahkan kaum lelaki pun boleh dan sah2 saja mengucapkan kata itu.
Kebudayaan "Kawaii"
Orang Jepang memang terampil membuat sesuatu yang kawaii (mungil), atau secara umum, orang Jepang terampil untuk membuat miniatur dari benda2 yang sudah ada. Bahkan orang Korea maupun Tiongkok mengakui ketrampilan orang Jepang tentang hal ini.
Misalnya begini. 
Pada jaman dahulu, kipas masuk ke Jepang dari Tiongkok, atau payung hujan masuk melalui perdagangan dengan orang2 Eropa. Bentuk kipas maupun payung-nya masih besar dan tidak begitu mudah untuk dibawa kemana-mana. Namun, oleh orang Jepang kemudian kipas dan payung tersebut dibuat menjadi kecil dan bahkan bisa dilipat. Dengan demikian kipas dan payung menjadi begitu mudah untuk dibawa tanpa mengurangi fungsi utamanya. Benda2 ini kemudian di ekspor, dan masyarakat di negara sekeliling juga menggemarinya.
Di jaman moderen, kita tentunya tahu Sony menciptakan walkman agar orang bisa menikmati musik dengan mudah, dimanapun dia berada, tanpa harus berkeringat, apa lagi nyeri otot karena harus membawa tape recorder yang segede gaban. Begitu juga dengan motor atau mobil, mereka membuat mobil yang kecil, mungil dan ringkas, dibanding dengan produk mobil buatan Amerika yang umumnya besar. 
Toko Kelontong
Orang Jepang juga banyak maunya tapi nggak mau repot2, seperti misalnya mereka mau dengan mudah menghubungi teman, relasi, saudara, gebetan dll sambil mau foto2 sekaligus mau terhubung dengan internet. Karena nggak mau repot2, misalnya harus bawa kamera analog (yang merupakan ciri khas kebanyakan turis asal Jepang) plus bawa PC kemana-mana sekedar untuk koneksi ke internet, maka mereka menciptakan telefon genggam lipat (flip phone) yang dilengkapi dengan kamera plus internet (jaman dahulu disebut dengan i-mode). 
Mereka bisa menyatukan 3 hal berbeda (telefon, kamera, internet) dalam satu ponsel dan masuk ke saku pula sekitar tahun 2000. Ini adalah jauh sebelum vendor negara lain meluncurkan telefon genggam dengan kemampuan/fungsi serupa. Bahkan Apple pun belum merilis iphone-nya.
Kenapa orang Jepang suka sekali menciptakan sesuatu yang "kawaii" sih ?
Kalau dirunut dari sejarahnya, memang orang Jepang suka jalan kaki (jauh dan dekat). Berbeda dengan bangsa Eropa maupun bangsa lain di Asia, orang Jepang tidak begitu memanfaatkan binatang (misalnya kuda) untuk transportasi. Bahkan di jaman Edo, ada kurir yang tugasnya mengantar surat (kadang barang/benda) hanya dengan modal dengkul (alias modal kaki) yang disebut hikyaku
Apartemen padat di Hongkong
Mereka ini rela pulang pergi dengan jalan kaki misalnya dari Tokyo ke Kyoto, yang kurang lebih berjarak 500 Km sekali jalan. Nah, karena mereka senang berjalan kaki, dengan demikian mereka berusaha agar barang bawaannya bisa seringkas dan seringan mungkin. Apalagi mereka harus menginap dibeberapa tempat untuk beberapa hari di dalam perjalanannya. Hal itu yang menyebabkan mereka senang membuat segalanya menjadi kecil, agar mudah dibawa dan tidak merepotkan di perjalanan.
Miniatur Hongkong di Tokyo
Hongkong ternyata juga mempunyai artis yang terampil untuk membuat segala macam benda menjadi miniatur. Artis2 Hongkong ini memamerkan hasil karyanya dalam pameran yang diberi nama "Hongkong in Miniature", yang diselenggarakan dari tanggal 29 September - 9 Oktober 2017. Pameran diadakan di lantai dasar gedung Kitte. Gedung ini milik Perusahaan Pos Jepang yang baru saja direnovasi. Sekarang, selain digunakan untuk urusan jasa pos, gedung Kitte juga dipergunakan/disewakan untuk perkantoran dan komersial.
Suasana di Gedung Kitte di lokasi pameran
Saya kebetulan punya kesempatan untuk mengunjunginya Sabtu kemarin. Letak gedung ini persis di sebelah Statiun Tokyo, di arah Marunouchi Exit. Walaupun gedung ini bisa diakses dari Stasiun Tokyo melalui pintu keluar stasiun di atas maupun langsung dari bawah tanah (ini praktis kalau misalnya sedang hujan atau turun salju), saya mengaksesnya dari jalur atas.
Poster besar pameran
Ada lebih dari 10 artis pembuat miniatur yang ikut memamerkan hasil karyanya. Seluruh miniatur adalah tentang potret kehidupan sehari-hari Hongkong, saat ini maupun beberapa tahun kebelakang. Ada restoran, pemandangan sudut kota dan gang2 di Hongkong, pemandangan apartemen khas Hongkong yang penuh jemuran dan gemerlap lampu hiasan, acara festival, toko bunga, toko mainan, tukang cukur dan lainnya. Penyajian miniaturnya sangat detil dan mirip dengan aslinya. 
Misalnya di miniatur penjual ikan, ada bermacam miniatur ikan dan kerang di sana dengan warna-warni yang sangat menarik. Bahkan, karena amat mirip dengan aslinya, saya sampai merasa bisa mencium bau amis dari ikan2 tersebut.
Miniatur penjual ikan
Ada juga miniatur rumah makan, dari gedung, meja dan segala macam furniturnya plus makanan yang bisa terlihat seperti baru saja disajikan. Rasa lapar seketika juga muncul, ditambah air liur seperti mau menetes melihat miniatur ini. Bahkan ada televisi yang terpajang di miniatur rumah makan bisa menampilkan gambar bergerak layaknya televisi di rumah2.
Tak lupa juga, ada pemandangan sudut kota dengan lampu papan reklame dan hiruk pikuk kendaraan. Di sini, saya seperti bisa merasakan bau asap dan kegaduhan di pusat kota Hongkong. 
Miniatur rumah makan dengan Televisi yang menyajikan siaran seperti layaknya televisi di rumah dan kipas angin yang berputar
Para artis terampil untuk membuat detil miniatur sekitar 5 cm untuk manusia, bahkan lebih kecil dari itu misalnya untuk binatang, cangkir, makanan dll. Selain detil dari tema utama yang disajikan di masing2 miniatur, para artis juga tidak melupakan aspek penunjang dari suasana miniatur itu sendiri. 
Misalnya pada sebagian dinding bangunan miniatur, ada bermacam poster yang ditempel dan bahkan beberapa sudah robek. Kekusaman dan bagian yang robek di poster nampak sangat nyata persis seperti keadaan aslinya. Juga misalnya di miniatur gang yang sempit, para artis bisa membuat sampah yang bertebaran persis seperti keadaan aslinya yang hampir membuat saya memungut sampah itu untuk membuangnya ke tempat sampah.
Miniatur pemandangan Kowloon di tahun 1980 dengan tempelan poster
Para artis ini sebenarnya pernah mengadakan pameran yang sama beberapa waktu yang lalu di Hongkong dan juga di Jepang. Namun dalam pameran kali ini, ada beberapa miniatur yang belum pernah dipamerkan sebelumnya di Jepang, turut dipajang di arena pameran. Saya menghitung ada sekitar 50 miniatur yang dipamerkan.
Bahkan dalam pameran kali ini, ada kesempatan bagi pengunjung untuk melihat langsung beberapa dari sang artis miniatur melakukan pekerjaannya (semacam demo sekitar 1 jam). Namun karena skedul demo itu terbatas dan saya kebetulan datang setelah acaranya selesai, jadi saya kurang beruntung untuk menyaksikan langsung proses pembuatannya.
Seperti apa sih Miniatur Hongkong ?
Bagi pembaca yang penasaran, ini adalah sebagian dari hasil jepretan saya di acara tersebut.
Miniatur ruang bermain diambil dari atas
Star Wars

Miniatur warung penjual bahan makanan

Miniatur Restoran
Seperti Raksasa dan Liliput
Penjual Majalah. Detil majalah yang dijual seperti majalah asli